LAPORAN OBSERVASI POLA KONSUMSI RUMAH TANGGA WARGA DUKUH SUTOREJO SURABAYA
LAPORAN
OBSERVASI POLA KONSUMSI RUMAH TANGGA WARGA DUKUH SUTOREJO SURABAYA
Dosen Pengampu:
Arin Setiyowati, SHI., MA.
Penulis
:
Danisa
Nanda Pratiwi (20191553021)
PERBANKAN
SYARIAH
FAKULTAS
AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURABAYA
2021
I. 1. Latar
Belakang
Konsumsi
secara umum didefinisikan dengan penggunaan barang dan jasa untuk meinenuhi
kebutuhan manusia. Dalam ekonomi islam konsumsi juga memifiki pengertian yang
sama, tapimemiliki perbedaan dalam setiap yang melingkupinya. Perbedaan
mendasar dengan konsumsi ekonomi konvensional adalah tujuan pencapaian dari
konsumsi itu sendiri, cara penc apaiannya hares memenuhi kaidah pedoman
syaraiah islamiyyah.
Islam
sebagai rahinatan lil alamin menjamin agar sumberdaya dapat terdistribusi
secara adil. Salah satu upaya untuk menjamin keadilan distribusi sumberdaya
adalah mengatur bagaimana pola konsumsi sesuai dengan syariah islamiyah yang
telah ditetapkan oleh Al-Quran dan As-Sunnah. Konsep keberhasilan dan
kesuksesan seorang muslim bukan diukur dari seberapa besar harta kekayaan yang
diperoleh dan dimiliki. Kesuksesan seorang muslim diukur berdasarkan seberapa
besar ketakwaan seseorang akan membawa konsekuensi terhadap berapapun besar dan
banyaknya harta yang dapat dia peroleh dan bagaimana menggunakannya. Dia akan
selalu bersyukur meskipun harta yang dimiliki secara kuantitas relatif sedikit.
Apalagi jika yang diperoleh lebih banyak, akan semakin memperbesar rasa syukur
dan sem akin besar bagian yang akan diberikan kepada yang tidak mampu. Demikian
pula saat kekurangan harta, dia akan tetap bersabar atas ujian yang telah
menimpanya dan tidak mengambil jalan pintas untuk mendapatkannya apalagi sampai
melanggar ketentuan syariat islam. Konsumsi merupakan bagian aktifitas ekonomi
selain produksi dan distribusi. Konsumsi akan terjadi jika manusia memiliki
uang (harta). Dalam islam harta merupakan bagian fitrah manusia untuk
mencintainya. "Telah dihiasi untuk manusia untuk mencintai kesenangan
terhadap wanita-wanita"
II. 2. Kajian
Teori
1. Konsumsi
Islami
Tujuan utama konsumsi
seoarang muslim adalah sebagai sarana penolong untuk beribadah kepada Allah.
Sesungguhnya mengkonsusmsi sesuatu dengan niat untuk meningkatkan stamina dalam
ketaatan pengamdian kepada Allah akan menjadikan konsusmsi itu bemilai ibadah
yang dengannya manusia mendapatkan pahala. Konsusmsi dalam perspektif ekonomi
konvensional dinilai sebagai tujuan terbesar dalam kehidupan dan segala bentuk
kegiatan ekonomi. Bahkan ukuran kebahagiaan seseorang diukur dengan tingkat
kemampummya dalam mengkonsusmsi.
Menurut
Keynes (2013), tingkat konsumsi dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, semakin
tinggi tingkat pendapatan seseorang semakin tinggi tingkat konsumsinya.
Samuelson (1999) menyebutkan salah satu tujuan ekonomi adalah untuk menjelaskan
dasar-dasar perilaku konsumen. Pendalaman tentang hukum permintaan dan
mengetahui bahwa orang cenderung membeli lebih banyak barang, apabila harga
barang itu rendah, begitu sebaliknya. Dasar pemikirannya tentang perilaku
konsumen bahwa orang cenderung memilih barang dan jasa yang nilai kegunaannya
paling tinggi.
Konsumen akan memilih
barang kebutuhan pokok untuk dikonsumsikan, dengan mempertimbangkan nilai guna
dari barang tersebut. Keterbatasan anggaran pendapatan yang diterima oleh
masyarakat menyebabkan masyarakat harus menunda untuk mengkonsumsi
barang-barang yang mempunyai nilai guna tinggi.
Konsep konsumen adalah
raja' menjadi arah bahwa aktifitas ekonomi khususnya produksi untuk memenuhi
kebutuhan konsumen sesuai dengan kadar relatifitas dari keianginan konsumen,
dimana Al-Qur 'an telah mengungkapkan hakekat tersebut dalam firman-Nya :
"Dan orang-orang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan
seperti makannya binatang" (Muhammad:2). Dalam konsumsi, seorang muslim
harus memperhatikan kebaikan (kehalalan) sesuatu yang akan di konsumsinya.
Para fuqaha' menjadikan
memakan hal-hal yang baik ke dalam empat titigkatan (Ibnu Muflih, 3:197-204). Pertama, wajib, yaitu mengkonsumsi
sesuatu yang dapat menghindarkan diri dari kebinasaan dan tidak mengkonsusmsi
kadar ini – padahal mampu- yang berdampak pada dosa. Kedua,
sunnah, yaitu mengkonsusmsi yang lebih dari kadar yang menghindarkan diri dari
kebinasaan dan menjadikan seoarang muslim mampu shalat dengan berdiri dan mudah
berpuasa. Ketiga, mubah, yaitu sesuatu
yang lebih dad yang sunnah sampai batas kenyang. Keempat, konsusmsi yang
melebihi batas kenyang, yang dalam hal ini terdapat dua pendapat, ada yang
mengatakan makruh yang satunya mengatakan haram.
2. Prinsip
Konsumsi Islam
Prinsip dasar konsumsi
islami adalah (AI-Haritsi, 2006):
1. Prinsip
syariah,
yaitu menyangkut dasar syariat yang
harus terpenuhi dalam melakukan konsumsi di mana terdiri dari: Prinsip akidah,
prinsip ilmu, dan prinsip amaliah.
2. Prinsip
kuantitas, yaitu sesuai dengan batas-batas kuantitas yang telah dijelaskan
dalam syariat islam, di antaranya ; Sederhana, Sesuai antara pemasukan dan
pengeluaran, dan Menabung / investasi,
3. Prinsip
prioritas, di mana memperhatikan urutan kepentingan yang harus diprioritaskan
agar tidak terjadi kemudharatan, yaitu ; primer, sekunder dan tersier.
4. Prinsip
sosial, yaitu memperhatikan lingkungan sosial di sekitarnya sehingga tercipta
kehaxmonisan hidup dalam masyarakat, di antaranya: Kepentingan umat,
Keteladanan, dan Tidak membahayakan orang.
5. Kaidah
lingkungan, yaitu dalam mengkonsumsi hams sesuai dengan kondisi potensi daya
dukung sumber daya atam dan kebertanjutannya atau tidak merusak lingkungan.
6. Tidak
meniru atau mengikuti perbuatan konsumsi yang tidak mencerminknn etika
konsusmsi islami seperti sutra menjamu dengan tujuan bersenang-senang atau
memaraerka kemewahan dan menghambur-hamburkan harta.
3. Etika
Konsumsi Islam
Adapun etikakonsumsi islam harus
memperhatikan beberapa hal, di antaranya adalah:
1. Jenis
barang yang dikonsumsi adalah barang yang baik dan halal (halalan thoyyib).
2. Kemanfaatan/kegunaan
barang yang dikonsumsi, artinya lebih memberikan manfaat dan jauh dari
merugikan baik dirinya maupun orang lain.
3. Kuantitas
barang yang dikonsumsi tidak berlebihan dan tidak terlalu sedikit atau kikir/bakhil,
tapi pertengahan (Al-Furcion :67), serta ketika memiliki kekayaan berlebih harus
mau berbagi melalui zakat, infak, sedekah maupun wakaf dan ketika kekurangan
harus sabar dan merasa cukup dengan apa yang dimilikinya.
III. 3. Metodelogi
Pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan Kualitatif. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola konsumsi masyarakat Dukuh
Sutorejo. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu :
1. Wawancara,
yaitu menggali sebuah informasi kepada narasumber untuk mendapatkan data dan
melengkapi data.
2. Observasi, yaitu menganalisis sebuah objek dengan tujuan untuk mengetahui dan memahami sebuah fenomena berdasarkan pengetabuan maupun gagasan yang sebelumnya sudah diketahui atau di analisa, untuk mendapatkan informasi guna melanjutkan sebuah penelitian agar lebih akurat.
3. Dokumentasi,
yaitu mengambil foto dan video sebagai bukti keaslian wawancara.
IV. 4. Pembahasan
Konsumsi adalah aktivitas manusia dalam menggunakan atau memakai barang maupun jasa guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pendapatan ekonomi manusia juga memengaruhi tingakat konsumsinya. Semakin tinggi pendapatan maka semakin tinggi pula tingkat konsumsinya.
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan kepada 5 informan, didapatkan informasi bahwa mereka lebih mementingkan kebutuhan daripada keinginannya. Mereka akan menahan apa yang mereka inginkan karena pendapatan yang mereka dapat saja masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan apalagi untuk memenuhi keinginan. Mereka akan membelanjakan harta mereka untuk kebutuhan sehari-hari seperti, sembako, kebutuhan masak, kebutuhan mandi, dan kebutuhan lainnya yang di rasa itu sangat penting.
Kelima informan akan berbelanja sayur setiap hari karena menyesuaikan dengan kebutuhan juga pendapatannya. Sedangkan dalam berbelanja kebutuhan yang awet seperti kebutuhan mandi, kebutuhan masak, dan lainnya, mereka akan berbelanja satu minggu sekali. Mereka pun berbelanja menyesuaikan pendapatan yang di punya.
Sebagian informan memenuhi kebutuhan mereka sendiri dan suami. Hal itu dikarenakan anak-anak mereka telah memiliki rumah atau bekerja merantau. Dan sebagian lagi, selain memenuhi kebutuhan sendiri dan keluarga, mereka juga memenuhi kebutuhan anak mereka yang masih duduk di bangku sekolah. Mereka menyampaikan bahwa mereka harus pintar berhemat sebab di masa pandemi ini pengeluaran akan lebih besar daripada pendapatan.
Kelima informan yang diwawancarai menyampaikan bahwa bahwa segala kebutuhan materi yang mereka butuhkan jauh dari kata cukup. Mereka sangat kekurangan dengan pendapatan mereka untuk memenuhi konsumsi sehari-hari. Apalagi, ada informan yang menyampaikan bahwa beliau dan suami kehilangan pekerjaan dikarenakan pandemi covid-19. Jadi, mau tidak mau mereka harus memenuhi kebutuhan dengan harta seadanya dan mencari jalan lain demi memperoleh pendapatan ekonomi. Mereka yang masih menyekolahkan anaknya pun kesusahan dalam mengatur antara kebutuhan konsumsi keluarga dengan kebutuhan sekolah anak mereka.
Berbicara mengenai tabungan, kelima informan sama sekali tidak mempunyai tabungan atau simpanan. Mereka mengatakan bahwa sebelum pandemi ada, mereka masih mempunyai tabungan. Tetapi setelah adanya pandemi ini, tabungan mereka terkuras habis. Namun, sebagian dari informan yang diwawancarai mengatakan bahwa, mereka akan tetap menyempatkan dan menyisihkan sebagian uang mereka untuk orang lain (sedekah). Mereka melakukan hal mulia itu dalam seminggu sekali yakni hari jumat. Ada yang memberikan langsung kepada anak yatim, dan ada yang memberikan kepada masjid terdekat. Dan sebagian informan mengatakan bahwa, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja mereka belum cukup apalagi memberikan kepada orang lain. Jadi, tidak semua informan menyumbangkan sebagian uang mereka kepada orang lain.
Pendapatan
yang mereka peroleh di masa pandemi ini sangat berkurang. Bahkan, ada yang sama
sekali tidak memiliki pendapatan. Dengan begitu, mereka hanya mengandalkan
bantuan dari saudara terdekat ataupun mencoba untuk mencari pekerjaan
serabutan, seperti buruh pijat. Meskipun pendapatan yang diperoleh sangat
minim, namun mereka tetap berusaha untuk bertahan dalam menjalani dan memenuhi
kebutuhan mereka yang terbatas.
V. 5. Kesimpulan
Pendapatan
yang di dapat seseorang akan memengaruhi tingkat konsumsi. Kebutuhan akan lebih
diutamakan daripada keinginan. Dari hasil wawancara yang di dapat, para
informan akan lebih mengutamakan kebutuhan sehari-hari mereka yang dirasa
sangat penting. Mereka juga mengandalkan dan bertahan dengan konsumsi seadanya
dikarenakan jumlah pendapatan yang sangat minim. Dengan pendapatan yang
seadanya, sebagian dari mereka akan lebih mengutamakan kebutuhan keluarga
daripada memberikan sedikit hartanya untuk orang kain(sedekah). Namun, sebagian
lagi menyempatkan untuk berderma agar apa-apa yang mereka peroleh bisa lancar
termasuk kebutuhan. Berbeda dengan tabungan, dari kelima informan mengatakan bahwa mereka tidak memiliki
tabungan sama sekali. Mereka akan membelanjakan pendapatan mereka untuk
memenuhi kebutuhan yang banyak dengan jumlah pendapatan yang sedikit.
DAFTAR
PUSTAKA
Arif
Pujiyono, Teori Konsumsi Islami, (Jurnal
Dinamika Pembangunan, Desember 2006) Vol. 3 No. 2
Sri
Wahyuni, teori Konsumsi dan Produksi, (Fakultas
Ekonomi Universitas Mulawarman : Jurnal Akuntabel, Maret 2013) Vol. 10 No.1
Imahda
Khoiri Furqon, Teori Konsumsi dalam
Islam, (UIN Sumatera Utara : Jurnal Hukum dan Ekonomi Syari’ah, Mei 2018)
Vol. 6 No. 1
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1.
Pertanyaan
Adapun pertanyaan yang diajukan kepada
informan yaitu :
1. Konsep kebutuhan menurut informan.
2. Konsep pemilihan dalam konsumsi.
3. Pengalokasian sumber untuk kebutuhan.
4. Kepuasan dan rasionalitas konsumen.
5. Alokasi tabungan.
6. Alokasi berderma.
2.
Hasil
wawancara
Para informan
mengatakan bahwa mereka akan memenuhi kebutuhan mereka sesuai dengan
pendapatan. Untuk pemilihan konsumsi, mereka memilih untuk memenuhi kebutuhan
yang paling penting. Sebagian dari mereka yang masih menyekolahkan anak, akan
memilah-milah antara kebutuhan keluarga dan sekolah. Dari minimnya pendapatan
yang diperoleh, sebagian informan mengatakan bahwa mereka tidak melakukan
kegiatan berderma sebab untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari aja mereka masih
sangat kurang. Lain halnya dengan tabungan, kelima informan tidak memiliki
tabungan karena pendapatan yang diperoleh digunakan sepenuhnya untuk mencukupi
kebutuhan. Pendapatan yang sangat minim menyebabkan kebutuhan mereka kurang
terpenuhi.
3.
Dokumentasi
Komentar
Posting Komentar